*ILUSTRASI
Pengalaman Awal
Jeng Yati hanya menurut saat Bu Asih, ibunya memaksa dan mengancamnya untuk tidak masuk
sekolah selama 7 hari dan Bu Asih, ibunya
mengancam tidak mau membiayai sekolahnya kalau ia tidak menurut ibunya.
Yati hanya menurut saat ibunya mengajak rumah ke Mbah Bejo tua ompong berumur
70an yang jauh dari rumah penduduk di dekat hutan. Ia hanya diam dan menangis
mendengar ibunya menangis meraung-raung, entah apa yang membuatnya Bu Asih,
ibunya menangis. Yang diketahui Jeng
Yati yang saat itu berumur 18 tahun, perut ibunya yang tadinya menggelembung
sudah mengempis saat keluar dari kamar depan rumah Mbah Bejo.
“Ayo minum ini, Asih ..” kata Mbah Bejo menyodorkan minuman
keruh kepada ibunya yang berumur 38 tahun yang tampak loyo dan baru kali ini di
dengar Jeng Yati seseorang memanggil ibunya tanpa sebutan Bu, Jeng, atau
Nyonya.
Kemudian selama 3 hari Mbah Bejo selalu menyodorkan minuman
keruh kepada ibunya. Selama itu Bu Asih hanya tidur sehingga Jeng Yati
merasakan ngeri oleh pandangan Mbah Bejo kepadanya. Bahkan, entah kenapa
selangkangan Jeng Yati tiba tiba basah bahkan pada hari ke dua ia merasakan
celana dalamnya basah dan perasaan aneh seolah bibir vaginanya terasa gatal dan
juga liang vaginanya seperti digelitik sehingga ia mengatupkan kedua pahanya
dan menekan selangkangannya agar mengurangi rasa gatal di bibir vagina dan di liang vagina saat Mbah
Bejo menatap tajam kedua matanya. Pada hari ke 4, kembali Bu Asih, ibunya yang sudah bugar kembali meraung-raung di
kamar praktek Mbah Bejo. Siangnya, Mbah Bejo memberikan minuman bening kepada
ibunya. Jeng Yati kini melihat ibunya lebih bugar dan bersemangat, bahkan malam
itu ibunya hanya memakai daster tanpa mengenakan celana dalam dan BH nya saat
diajak Mbah Bejo makan malam. Puncaknya, malam hari ke 4, kamar yang ditempati
ibunya yang biasanya disinari lampu tempel minyak kini diterangi lampu tekan,
lampu strong king sehingga kamar Mbah Bejo terang benderang. Tengah malam, Jeng
Yati merasa pusing karena ranjang yang ditiduri bersama ibunya bergoyang hebat.
Jeng Yati hanya terbelalak melihat posisi tidurnya berbalikan dengan Bu Asih,
ibunya. Ia merasa lemas tak bertenaga melihat ibunya tidur tertelentang dengan
kedua kaki terkangkang. Jeng Yati menelan ludah berkali-kali melihat penis
berbintil-intil Mbah Bejo tengah menyeruak, menyodok-nyodok liang vagina
ibunya, liang vagina dimana ia dilahirkan itu tengah merasakan besarnya penis
berbintil Mbah Bejo. Untuk pertama kali dalam hidupnya Jeng Yati melihat jelas
penis orang dewasa yang membuat selangkangannya terasa lembab. Lagipula, penis
yang dilihatnya jauh lebih eksotik dari buku putih yang dipinjami oleh Mas Parno, bukan saja keras, panjang, besar
dan hitam, tapi urat-urat yang melingkar-lingkar di permukaan penis yang jelas
jelas berbintil bintil. Bahkan, Jeng Yati begitu jelas melihat bibir vagina
ibunya keluar masuk mengikuti genjotan
penis berbintil Mbah Bejo yang keluar masuk dengan gagahnya di liang vaginanya
“Aaaggghhhhh Mbaaaaaah….Beeeejooooooo…akuu keluaaaar…akuu
metuuuuuuu…akkkuuuuu keluaaaaar teruussssshhhhhzzzzz……”terdengar ibunya
melolong dan begitu jelas dilihat Jeng Yati penis Mbah Bejo menghujam dalam
dalam di liang vagina ibunya dan
melelehlah lendir putih dari liang vagina ibunya dimana pantat ibunya terus
menyentak-nyentak, dan Jeng Yati teringat akan buku putih yang dipinjami mas
Parno. Ibunya mengalami multiple orgasme, menurut buku putih mas Parno, seorang
wanita bisa merasakan multiple orgasme bila sang laki-laki pandai dalam
persetubuhan. Jeng Yati dengan jelas bagaimana lendir vagina kental ibunya
terus keluar membasahi sprei saat Mbah Bejo terus menghujam dalam dalam penis
berbintilnya dengan keras di liang vagina ibunya.
“Mbaaaah Bejooo…. Pejuuukuuu metuuuu teruuuusszzzz
mbaaahhhhhgggggzzz…..” ibunya terus menerus merintih rintih keenakkan.
Liang vagina Bu Asih terus mengeluarkan lendir maninya sehingga
ia seolah seperti anak kecil mengompol, hanya mengompol bukan air kencing tapi
lendir hasil persetubuhan yang bening dan hangat
“Ampuuuun Mbaaaaah Bejoooooo….. sudaaaaaaah jaaaangaaannn
anaakkuuuuuu…” ibunya merintih
Jeng Yati hanya merasakan selangkangannya dingin.
“Looh …. Anakmu mewarisi sifatmu, Asih …” kata Mbah Bejo
Jeng Yati hanya merasakan jilatan-jilatan di
selangkangannya, pada klitorisnya. Di bibir vaginanya yang mana ia sering
menggosok-ngosoknya ke guling.
“Jaaaangaaaaaan Mbaaaah Bejoooo ….. akuuuu sajaaaaaa…….”
rintih Bu Asih
“Loh, kan kamu pengennya gak bisa hamil lagi… torokmu suka
sekali sama kontol. aku jamin…. Mbah Bejo jamin nanti macam-macam kontol bisa
merasakan torokmu ... kamu akan merasakan macam-macam bentuk kontol hehe …Kamu juga
gak mau tetap hamil, kan? Tapi kamu minta air susumu keluar walau gak
hamil….Atau sekalian tak hamili kamu, Asih ….. biar geger sekalian …. Perempuan
seperti kamu… nggak ada suami tapi hamil he he he …”terdengar ancaman Mbah Bejo
terkekeh-kekeh.
“Jaaaaangaaan … Mbaaah Bejoooooo……….” Bu Asih yang terus
orgasme sambil menyentak-nyentakkan pantatnya
“Makanya….. aku hanya pengen jilati tempik dan itil anak
gadismu ……” kata Mbah Bejo
Jeng Yati baru kali ini seseorang, laki-laki yang dengan
enaknya mengatakan kata-kata yang selama ini tabu diucapkan maupun didengar
olehnya..Kontol ... torok ... tempik .... itil yang keluar dari mulut Mbah Bejo
yang tengah menyetubuhi ibunya. Jeng Yati yang tak pernah tahu kapan celana
dalamnya terlepas hanya menahan nafas saat kegatalan merasakan kegelian yang
amat sangat di bibir vaginanya yang dilumat dan disedot sedot Mbah Bejo.Jeng
Yati tak kuat menahan rasa geli itu dan ia merasakan lendir vaginanya
menyemprot dan srrooooop,….. sroooppp …. Terdengar oleh Jeng Yati lendir
vaginanya disedot sedot Mbah Bejo dan pinggulnya tersentak sentak merasakan
orgasme bersamaan dengan ibunya yang vaginanya kegatalan tengah dijejali penis
berbintil Mbah Bejo. Sampai hampir pagi,
Mbah Bejo terus menyetubuhi Bu Asih dan Jeng Yati pun merasakan tiga kali
tempik dan itilnya dijilati Mbah Bejo dan 3 kali pula Jeng Yati merasakan
orgasme malam itu yang membuatnya lemas dan tertidur.
Pagi harinya, Jeng Yati merasa lemas dan celana dalamnya
tetap tak ada di selangkangannya. Bibir vagina dan kelentitnya terasa
gatal-gatal geli. Begitu Jeng Yati keluar kamar, dan terdengar suara ibunya
mendesah merintih dan bahkan mengerang di kamar sebelah. Jeng Yati pun mendekat
pintu kamar berselambu yang tidak tertutup rapat dan tengkuknya pun berdiri dan
tubuhnya yang ranum bergetar, betapa tidak…Bu Asih, ibunya saat itu
tertelentang di ranjang kecil tengah dikerubuti 3 pria tua. Pria pertama
berkulit hitam telanjang kedua tangannya memegang kepala ibunya tengah
menyodok-nyodokkan penisnya yang besar pendek ke mulut ibunya.
“Oraaal…”desis Jeng Yati
Matanya nanar kembali melihat pria tua kedua tengah meremas
remas payudara Bu Asih, ibunya yang begitu montok, tidak seperti
kemarin-kemarin dan kedua puting susunya yang besar mencuat, juga tidak seperti
biasanya dan yang paling gila kedua puting susu ibunya meneteskan dan
menyemburkan air susu, seperti yang dikatakan Mbah Bejo tadi malam sehingga
dengan ganasnya pria tua itu menyedot nyedot kedua payudara montok Bu Asih,
ibunya tanpa henti seperti bayi raksasa yang kehausan mengempot kedua payudara
montok ibunya seolah takut direbut orang, bukan saja menyedot-nyedot puting
susu ibunya tapi juga memagut kedua payudara ibunya yang semakin montok
meninggalkan bekas pagutan-pagutan merah hampir di semua permukaan payudara
montok. Pria ketiga tak lain Mbah Bejo begitu ganas dan liarnya
menyodok-nyodokan penis besar panjang berbintil ke vagina ibunya. Jeng Yati
pening dan pingsan melihat ibunya dikerjain 3 pria tua. Akhirnya, begitu ia
sadar, ibunya tengah menunggunya dan saat itu pula ibunya mengajak pulang Jeng
Yati yang merasakan lendir vaginanya terus meleleh dari liang vaginanya. Hampir
lebih dari setahun berlalu, Jeng Yati berusaha melupakan apa yang pernah
dilihatnya dan dirasakannya, walaupun sulit karena Jeng Yati akhirnya menyukai
untuk mengelus-elus vaginanya sendiri, baik dengan jari-jari kecilnya atau
menggesek-ngesekan gulingnya sampai Jeng Yati orgasme. Hampir dua hari sekali
ia masturbasi.
##########################
Praktek Kedua
Jeng Yati terhenyak dan tubuhnya bergetaran seakan akan
pingsan saat malam itu, di rumah yang sedang sepi, membuka selambu kamar kakak
laki-laki ibunya, Pak De Sur untuk meminta uang saku yang biasa Jeng Yati
minta. Di usia ke 18, secara nyata kedua kalinya melihat seperti Jeng Yati
pernah membaca di buku putih yang dipinjami teman-temannya. Pak De Sur yang
bujang lapuk, berumur sekitar 46 tahun, begitu sayang padanya bahkan Jeng Yati
seringkali tidur bersama Pak de Sur yang suka memakai sarung dan kaos singlet
saat tidur. Akhir-akhir ini memang, Jeng Yati sering kali terjaga dan tertidur
kembali karena Pak De Sur tiba-tiba memeluk erat tubuhnya dan yang selama ini
dirasakan Jeng Yati benda keras yang menekan punggungnya atau pantatnya tengah
dilihatnya.
“wwhh kontool…...kontol Pak De Sur ”desis Jeng Yati. “kontol
laki-laki dewasa lagi..”
Tanpa terasa selangkangannya lembab dan basah saat melihat
bagaimana Pak De Sur sedang mengocok penisnya yang besarnya kurang lebih
sebesar pegangan raket tenis dan dilihatnya Pak De Sur memejamkan kedua matanya
dan…
“Yaaaaatiiiiiiiiiii…………” desisnya dan dilihatnya penis Pak
De Sur memuncratkan air mani yang tercecer di kasurnya, dimana hampir tiap
malam ditiduri Jeng Yati bersama Pak De Sur.
Jeng Yati begitu basah di selangkangannya, lendir dari liang
vaginanya dan membasahi celana dalamnya. Sedikit berkunang-kunang karena
melihat Pak De Sur mengocok penisnya, kemudian penisnya memuncratkan air mani
dan Pak De Sur mendesiskan namanya saat Pak De Sur menyemburkan air maninya.
Setelah itu, Jeng Yati sering kali menemui Pak De Sur mengocok penisnya baik di
kamar atau saat Pak De Sur berlama lama di kamar mandi. Sedangkan Jeng Yati
cepat-cepat ke kamarnya dan memeluk gulingnya yang selama ini teronggok di
pojok kamarnya dan mulailah ia menggesek-gesek sang guling ke selangkangannya
yang basah kuyup sampai hanya merasakan basah dan pantatnya tersentak sentak
saat orgasme
“Pak De Suuuuur …………..” desisnya.
Tak lama dari kejadian pertama, mungkin karena senangnya
mendapat nilai baik, seperti biasanya Jeng Yati langsung masuk kamar Pak De Sur
karena seperti biasanya Pak De Sur akan memberi permen dan uang yang cukup
banyak. Siang itu, Jeng Yati langsung masuk kamar Pak De Sur tanpa mengetuk
pintunya, karena memang rumah sepi dan memang Jeng Yati ingin membuat kejutan
dengan masuk pintu pelan-pelan dan membuka nilai-nilai ujiannya. Dua mata Jeng
Yati melotot dan menatap tajam saat pagi itu, Pak De Sur tengah mengocok
penisnya dan menciumi foto dirinya.
“Yatiiiiii…….. ooocchhggggghhhhh …….” Jeng Yati melihat
bagaimana Pak De Sur menciumi foto dirinya bersanggul sebesar 10R yang biasa di
gantung di sebelah meja rias Jeng Yati......
“Ooohccfhh kamu Yatiiii ….. “ Pak De Sur merintih saat
melihat Jeng Yati tengah terbengong-bengong
“Siniiii Yatiiiii …..”Pak De Sur merintih.
Jeng Yati pun dengan kebingungannya mendekat ke Pak De Sur
dan tanpa terasa menjatuhkan buku raportnya. Jeng Yati begitu panggilan Pak De
Sur menggema dan tanpa terasa selangkangannya menjadi lembab
“Pak De Sur tadi pijat dan punya Pak De Sur yang ini belum
dipijat…” kata Pak De Sur sambil menyorongkan batang kemaluannya yang pendek
gemuk sebesar kaleng Axe.
“Pijat ini Yatiii…” pinta Pak De Sur dan Jeng Yati pun
dengan perasaan tak karuan Jeng Yati memegang penis Pak De Sur yang selama ini
dirasakannya mengeras saat ditekan di punggungnya atau di pantatnya saat Jeng
Yati tidur bersamanya.
“Yatiiii…” Pak De Sur mendesis saat kemenakannya, Jeng Yati
memegang penisnya yang sudah ngaceng berat.
“Kocok Yatii…..” Pak De Sur memerintah Jeng Yati.
“Pakai Minyak Yatiiiii….”perintahnya sambil menyodorkan
botol baby oil ke Jeng Yati yang langsung menerimanya dan melumuri penis Pak De
Sur dengan baby oil dan dengan kesadarannya Jeng Yati mengocok penis Pak De Sur
tanpa dikomando karena celana dalam Jeng Yati sudah basah merasakan lendir dari
liang vagina Jeng Yati mulai meleleh.
Antara kesadaran dan kebingungannya Jeng Yati terus mengocok
penis gemuk sebesar kaleng Axe Pak De Sur yang blingsatan merasakan elusan
jari-jari tangan Jeng Yati
“Paaak Deeee ……”Jeng Yati mendesah saat Pak De Sur meremas
kedua payudara ranum Jeng Yati yang masih terbungkus BH tipisnya.
Jeng Yati pun merasakan celana dalamnya basah saat dengan
ganasnya kedua tangan Pak De Sur semakin liar meremas-remas kedua payudara
ranum Jeng Yati.
“Ayooo cepaaat Yatiiiii …. Paak Deee enaaaak …. Koocookk
cepaaat …” Pak De Sur semakin blingsatan dan merasakan penis Pak De Sur
membesar dan berdenyut-denyut cepat…..
“Yaaaaatiiiiiii…..” dan muncratlah air mani Pak De Sur
menyembur menyemprot nyemprot sehingga membasahi seragam SMA Jeng Yati.
“Paak Deeeee……..” desis Jeng Yati mengetahui pertama kalinya
melihat muncratnya air mani laki-laki dewasa yang keluar karena kocokan jari
tangannya.
Jeng Yati segera keluar kamar saat mendengar kunci ruang
depan berputar dan dengan sedikit berlari ke kamar mandi karena ibunya yang
sudah lebih dari 11 tahun minggat dari
bapak Jeng Yati sehingga Bapak Jeng Yati tak mau menceraikan Bu Asih
sehingga ibunya bukan juga janda. Bu Asih sedang membuka pintu depan pulang
dari kerjanya sebagai guru. Ya, seorang ibu guru, ibu guru SD yang selalu gatal
minta disetubuhi.
Jeng Yati sempat menyambar handuk saat masuk kamar mandi. Ia
pun tak kuasa mengontrol dirinya yang sudah kepalang basah merasakan basahnya
celana dalamnya. ’ Karena nafsunya sudah membubung dimana kelentitnya dan bibir
vaginanya dan vagina Jeng Yati begitu gatal, begitu masuk kamar mandi ia
langsung melepas celana dalamnya bersama dengan rok seragamnya yang basah oleh
air mani Pak De Sur. Jeng Yati pun duduk di closet dan mengkangkangan kedua
kakinya dan jari-jarinya mulai menari nari menggosok ngosok kelentit nya dan
bibir vaginanya yang sudah kegatalan. Hampir 5 menit ia mempermainkan kelentit
dan bibir vaginanya dan mendekati klimaks orgasmenya….tapi
“Yati ngapain kamu? Sini Pak De bantu…. Buka pintunya”
Jeng Yati yang sudah amat sangat kegatalan membuka kunci dan
pintu kamar mandi didorong oleh Pak De Sur dan mengunci pintu itu kembali dan
langsung nyosor ke selangkangan keponakannya.
“Aduuuuhhh Pak De Sur eeennnaaaagghhhhh iiitiiiiiilkuuuuu ….
Tempiiiikkuuuuu ……” tak ada lagi kata tabu dan perasaan malu, Jeng Yati yang
selama ini santun sudah mengatakan kata-kata itil ... tempik ....
“Ampuuuun Pak De Suuuuuur..” Jeng Yati mendesah keras saat
Pak De Sur menyedot-nyedot bibir vaginanya..
“Oooooggghhhhhh…..lidaaaahmuuuu Pak De
Suuuuur….ampuuuun ngngngngngngn’ Jeng
Yati mengerang saat lidah Pak De Sur menerobos masuk ke liang vaginanya yang
masih perawan dan pantatnya yang mulai padat itupun tersentak-sentak hebat saat
orgasmenya meledak pertama kali oleh tusukan lidah Pak De Sur.
Sorenya Pak De Sur mengajak Jeng Yati untuk membeli hadiah
atas hasil rapornya dan Pak De Sur membelikan alat-alat kecantikan dan sebuah
kimono dan sebuah celana dalam aneh buat Jeng Yati sebuah celana dalam yang
hanya bisa menutup bibir vaginanya yang sudah ditumbuhi bulu-bulu, yang Jeng
Yati tahu setelah beberapa tahun, saat bersuami, bahwa nama celana dalam itu
disebut G string, dan BH yang berlubang dimana hanya menutup payudara sekalnya
yang ranum sedang membiarkan puting susunya yang kecil mencuat. Dengan senang
hati, Jeng Yati menerima hadiah itu dan Pak De Sur tiba-tiba memeluk tubuhnya dari
belakang saat Jeng Yati akan memberikan kejutan pada ibunya.
“Sssst nanti saja.. kan lebih baik kamu pakai dulu dan
tunjukkan kamu dah bisa bersolek …”kata Pak De Sur .
Jeng Yati pun menurut dan dengan keterbatasan
pengetahuannya, ia bersolek memakai kaos
dan memoles bibirnya dengan lipstik merah merekah.
“Pakai ini Yati…” Pak De Sur menyuruh Jeng Yati melepas
kaosnya dan ia menyerahkan bungkusan berisi G-String, BH bolong dan kimono.
Jeng Yati pun menuruti permintaan Pak De Sur yang kemudian
keluar kamar. Ia keluar kamar dan dilihatnya Pak De Sur sedang mengintip kamar
Bu Asih, ibunya. Pak De Sur melihat Jeng Yati dan meletakkan jari telunjuknya
di tengah-tengah bibirnya sambil mendekatinya. Jeng Yati hanya menurut saat Pak
De Sur menyeretnya mendekati kamar Bu Asih, ibunya, sambil terus memberikan
isyarat untuk diam. Jeng Yati pun terkesiap saat mengintip di dalam kamar
ibunya. Dilihatnya Pak Lik Ali, yang biasa dipanggil Lik Ali, yang menyewa toko
kecil di samping rumah Jeng Yati, tengah menggumuli ibunya yang setahu Jeng Yati tidak pernah lagi
dikunjungi ayahnya lebih dari 11 tahun dan Jeng Yati begitu ingat saat berumur
5 tahun saat ibunya mengajak pergi dirinya ke tempat yang jauh dari bapaknya
yang sekarang mereka tempati atas saran Pak De Sur, tersungkur. Jeng Yati dan
bahkan ibunya sekalipun tak tahu dalam hati kecil Pak De Sur, yang awalnya
ingin meniduri adiknya, Bu Asih. Tapi malah anak alias keponakannya Pak De Sur,
Jeng Yati, menjadi incarannya. Pak De Sur akhir-akhir ini tak lagi kuat menahan
nafsu birahinya, saat tidur bersama Jeng Yati, apalagi Pak De Sur jarang sekali
pakai cawat saat tidur, sehingga tanpa sengaja penisnya menggesek paha ranum
Jeng Yati. Jeng Yati hanya terperangah melihat ibunya, bukan saja digumuli Lik
Ali, tapi Lik ALi sudah membuka resleting daster ibunya dan Lik Ali mengual kedua payudara montok
ibunya dan dengan ganasnya Lik ALi meremas remas bahkan mulut berbibir tebal
hitamnya tengah menyedot nyedot kedua puting susu ibunya dan Jeng Yati begitu
serasa kedua matanya lepas saat dilihatnya kedua puting susu ibunya menyemburkan air susu. Jeng Yati teringat
kata-kata Mbah Bejo, ibunya tidak akan hamil tapi kedua payudara montoknya akan
mengeluarkan air susu apabila ada laki-laki yang menjilati kedua puting susu
ibunya. Mulut hitam tebal Lik Ali terus menyedot-nyedot payudara kiri Bu Asih,
ibunya dan payudara kanan Bu Asih, ibunya diremas-remas secara ganas oleh Lik
Ali dan tangan kanan Lik Ali tengah memelorotkan celana dekil baunya dan
mengeluarkan penis hitam panjang dan penis itu jauh lebih besar dari penis Pak
De Sur yang hanya sebesar kaleng Axe. Penis hitam besar panjang Lik Ali yang
sudah ngaceng pun berdenyut-denyut dan kepala jamurnya yang besar
digesek-gesekkan ke vagina ibunya
“Wwwwaaaaaduuuuuuugggggggghhhhzzzz.” ibunya mendesah berat
dan mengelenggelengkan kepalanya…
“Kenapa Bu Asih?” tanya Lik Ali
“Koooontoooolmuuuu Lik Aliiiiiii…. Gedeeeee
bangeeeetttzzzz….”
Jeng Yati yang terangsang berat tak lagi kuasa menolak saat
Pak De Sur menggelandangnya ke kamar Pak De Sur. Pak De Sur mengunci pintu
kamar sambil memelorotkan sarungnya dan menubruk Jeng Yati sampai tertelentang
di ranjang, Pak De Sur pun menciumi wajah Jeng Yati dan untuk pertama kali Jeng
Yati merasakan bibir laki-laki yang Pak De Sur, pak denya sendiri melumat habis
bibirnya
Sementara kedua tangan Pak De Sur tengah meremas remas kedua
payudara ranumnya yang tak lagi terbungkus BH. Tangan Pak De Sur pun terus
menyusuri perutnya dan turun terus dan selangkangan Jeng Yati yang basah itupun
langsung digosok-gosok jari-jarinya
“Kamu dah teles, Nduk…. Torokmu dah basah, Yatiiii” Pak De
Sur mendesah dengan kedua mata nanar, menggosok-ngosok vagina Jeng Yati
Beberapa saat kemudian, Jeng Yati sudah tak dapat lagi
mengontrol dirinya tersentak saat jari Pak De Sur menerobos masuk ke liang
vaginanya.
“Jangan Pak De Sur …”sergahnya.
“Oohhh maaf kamu masih perawan,…..”kata Pak De Sur
menyadari.
Kalau begitu mulutmu aja” kata Pak De Sur langsung mengkangkangi
Jeng Yati yang tidur tertelentang di ranjang kamarnya.
Jeng Yati pun gelagapan saat penis Pak De Sur yang gemuk
sebesar kaleng Axe menyeruak dan menembus bibir dan mulutnya, pertama kali
dalam hidupnya, Jeng Yati melakukan oral dengan laki-laki yang tak lain Pak De
Sur nya sendiri, kakak Bu Asih, ibunya
Pak De Sur begitu bersemangat karena merasakan kelembutan
mulut Jeng Yati yang terus gelagapan dan karena kesulitan nafas secara tak
sengaja menekan penis Pak De Sur yang sudah berdenyut-denyut dan
“Yaaaatiiiiiiiii…. Telan pejuuuuukuuuuuu,
nddduuuukkkk……”rintih Pak De Sur saat penisnya berdenyut-denyut cepat dan
creeet creeet creeet, air mani Pak De Sur memenuhi mulut Jeng Yati yang
langsung tersedak dan terbatuk-batuk sehingga cairan putih itu pun keluar dari
mulut Jeng Yati.
Entah kenapa tiba-tiba Pak De Sur yang lemah lembut
menempeleng wajah Jeng Yati yang wajahnya berlepotan air mani Pak De Sur
“Maaf….”hanya itu keluar dari mulut Pak De Sur dan Jeng Yati
pun menangis.
Pak De Sur kebingungan sambil membersihkan air maninya di
wajah Jeng Yati.
“Maaaf … ssst diaam Yatiii …..Pak De gak kontrol karena
saking enaknya sama kuluman mulutmu….”
“Pak Deeee…” Jeng Yati mendesah saat Pak De Sur yang merasa
bersalah menempelengnya menyusupkan kepalanya di antara selangkangannya.
Terbayanglah wajah Mbah Bejo yang pernah mengoral vagina
Jeng Yati tapi Pak De Sur ini begitu lembut dan tak kurang dari 2 menit Jeng
Yati langsung merasakan orgasme oleh oral Pak De Sur. Pak De Sur langsung
paham, atas kelemahan Jeng Yati dan Pak De Sur menelentangkan kedua kaki Jeng
Yati terjuntai ke lantai dan kembali Pak De Sur menjilati vagina Jeng Yati dan
dalam satu jam Jeng Yati telah merasakan 6 kali orgasme dan akhirnya Pak De Sur
pun menyodorkan penisnya ke mulut Jeng Yati dan kedua insan berbeda usia jauh
itupun saling jilat dan sedot dengan posisi 69.
Pak De Sur sangat tahu Jeng Yati sangat liar saat
selangkangannya, vaginanya dijilati bahkan Jeng Yati seperti gila dan ganas
kalau wilayah sensitinya itu disedot-sedot. Pak De Sur mengerti kalau
kemenakkannya semakin beringas saat tempik Jeng Yati ditarik dan dipelintir
oleh jari-jari besar dan keriput sementara vaginanya dijilati dan dijejali oleh
lidah Pak De Sur. Maka setiap malam tiba, Pak De Sur menghampiri Jeng Yati setelah
Jeng Yati selesai belajar dan Jeng Yati hanya mengkangkangkan kedua kakinya,
baik saat Jeng Yati masih duduk di kursi belajarnya atau saat Jeng Yati tengah
berdiri menyiapkan buku-buku
pelajarannya karena kepala Pak De Sur sudah menyusup ke roknya mengendus-endus
selangkangannya yang masih memakai celana dalam.
“Mmmaaaaaa’ aaaaaffffffzzzz Paaaak Deeeeee …….”Jeng Yati
mendesah tak tertahankan dan kedua tangannya meremas-remas rambut Pak De Sur
begitu Pak De Sur menyibak celana dalamnya dan lidah nakal Pak De Sur menyapu
itil dan bibir vagina Jeng Yati yang langsung berkelejot.
Pak De Sur sudah menguasai Jeng Yati menjadi seperti gila
dan ganas dan tubuh Jeng Yati meliuk-liuk saat bibir vaginanya mulai di tarik
dan dipelintir oleh jari-jari besar dan kasar namun Jeng Yati hanya pasrah saat
Pak De Sur sudah menyedot-nyedot bibir vaginanya dan kurang dari 4 menit Jeng
Yati pun menyambak rambut Pak De Sur dan menekan mulut dan bibir Pak De Sur ke
selangkangannya, ke vaginanya saat orgasme Jeng Yati meledak dan disertai
geraman dan lenguhan panjang Jeng Yati menyentak-nyentakkan pantatnya oleh
ledakan orgasmenya. Selanjutnya mereka memposisikan diri dalam posisi 69,
dimana dengan keahlian yang bertambah Jeng Yati mengoral penis Pak De Sur yang
gemuk sebesar kaleng Axe sampai akhirnya Pak De Sur menyemburkan air maninya
diwajah keponakannya sendiri, Jeng Yati. Pak De Sur begitu puas atas pelayanan keponakannya, Jeng Yati
yang kini tergolek lemas. Kini Pak De Sur tak perlu lagi mencari pelacur atau
teman-teman wanitanya hanya untuk mengoral penisnya. Memang Pak De Sur belum
pernah merasakan vagina perempuan sampai suatu malam
###############################
Di bawah kesadaran di atas kenikmatan
Sudah 2 minggu ini Pak De Sur tak bisa merasakan mulut dan
sepongan keponakannya, Jeng Yati yang ikut Jambore pramuka, yang akan
dilaksanakan selama 3 minggu. Malam itu, Pak De Sur benar-benar kecewa dan
menenggak beberapa botol minuman keras bersama-sama teman-temannya hingga Pak
De Sur benar-benar teler berat. Pak De Sur, kecewa saat kamarnya tak ada Jeng
Yati dan memang untuk kedua kalinya Pak De Sur teler berat, cuman malam ini
sepi sekali dan Pak De Sur mengingat-ingat kejadian beberapa tahun silam saat
dia teler berat juga Saat itu, jauh sebelum dia suka menekan-nekankan penisnya
ke punggung Jeng Yati, tak biasanya Pak De Sur sampai diantar oleh
teman-temannya pulang, sampai-sampai dia dibonceng ditengah-tengah kedua
temannya menaikki motor. Begitu sampai depan rumah, teman-teman Pak De Sur
cepat-cepat menyingkir saat mereka tahu ada lampu mobil patroli dari jauh. Pak
De Sur pun agak terkejut dalam mabuk karena pintu depan tidak terkunci dan Pak
De Sur semakin bingung dalam mabuknya tak ditemui adiknya Bu Asih, yang
dilihatnya semakin hari semakin menggairahkan dimana payudara montok adiknya,
Bu Asih, semakin montok dengan kedua payudaranya dan pantatnya bertambah dan
bahenol, tapi Pak De Sur juga agak curiga, jangan-jangan adiknya, yang minggat
dari suaminya hampir 8 tahun, waktu itu hamil, karena ada perubahan di tubuh
sintalnya dimana perut adiknya, Bu asih, sedikit membuncit. Dengan
terseok-seok, Pak De Sur sampai ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya dan
tubuhnya sedikit merasa nyaman walaupun tetap berkunang-kunang, lemas dan
kepalanya tetap berdenyut-denyut dan sangat pusing. Saat Pak De Sur keluar
kamar mandi dilihatnya pintu tembusan ke toko kecil Lik Ali terbuka dan
tubuhnya terseok-seok dan sempoyongan menuju pintu tembusan toko kecil Lik Ali.
Pak De Sur mencium bau kemenyan dari
arah jendela kaca ventilasi toko kecil
Lik Ali dan Pak De Sur dengan berdebar-debar mendekati jendela kaca
ventilasi yang terlihat sedikit terbuka karena sinar lampu neon Lik Ali
menyebar.
“Aaaaaampuuuun mbbbbaaaaaahhhbbhhhzzzzzz!!” terdengar
rintihan Asih, adiknya.
Sore harinya, sebelum berangkat minum-minum ke temannya, Pak
De Sur sempat ngaceng penis sebesar kaleng Axe-nya saat adiknya berangkat
menghadiri di sekolahannya yang malam itu memakai kebaya yang menonjolkan
belahan payudara montok nya dan kain panjang ketat melilit di pantat bahenol Bu
Asih. Mata Pak De Sur nanar dan kepalanya seperti tertimpa benda keras saat
melihat adiknya Bu Asih yang terlihat cantik bersanggul sasak memakai kebaya
dan kain panjang yang sudah awut awutan dimana kedua payudara montok berputing
hitam terkual dan pantat bahenolnya terbuka tengah dikerubuti 3 pria tua.
Kedua mata adiknya melotot karena mulutnya disumpal penis
hitam besar panjang Lik Ali yang dengan pelan tapi pasti terus melesak ke mulut
adiknya sehingga terdengar suara “Hhhhhooooooocghh…..”keluar dari mulut Asih.
Kedua mata Bu Asih, adiknya yang melotot mulai basah dan
mengeluarkan air mata oleh tekanan penis hitam besar panjang Lik Ali di
tenggorokan Asih. Tangan Asih menggapai ngapai dan Lik Ali menarik penis hitam
besar panjangnya dan Asih mengelepar dan mendengus dengus
“Mmmmmbaaaaaahhhhhhhhhghghghghghgh…….” Asih melotot lagi dan
mulutnya tersumpal lagi oleh penis hitam besar panjang Lik Ali dan penis Pak De
Sur pun mulai bergerak-gerak melihat liang vagina adiknya terbuka maksimal oleh
sodokan penis berbintil-intil Mbah Bejo dalam posisi miring menghadapnya dengan
kaki kiri diangkat Mbah Bejo dan kedua payudara montok berputing hitam diremas
remas kuat laki-laki tua lainnya yang dikenal dengan Lik Mun yang juga tak
kalah sangar, karena penisnya yang sebesar mentimun sudah ngaceng, mulut tebal
hitamnya dengan rakus nya menyedot-nyedot payudara montok berputing hitam Bu
Asih
“Kkkkkoooooookkckckkckggghhhhhh……”terdengar suara aneh
keluar dari mulut Bu Asih, adiknya seperti kerbau disembelih saat penis hitam
besar panjang Lik Ali menekan tenggorokan Asih. Suara aneh seperti kerbau
disembelih selalu terdengar Pak De Sur saat penis hitam besar panjang Lik Ali
menembus tenggorokan Asih yang mengeluarkan air mata karena perlakuan Lik Ali
menekan penis hitam besar panjang Lik Ali di tenggorokkan Bu Asih, adiknya.
Penis Pak De Sur semakin ngaceng saat dilihatnya Mbah Bejo tengah menggenjot
penis berbintil-bintil Mbah Bejo di dalam liang vagina Asih yang tak berdaya
tengah dikeroyok oleh 3 pria tua yang berpengalaman memuaskan hasrat seksual
wanita jablai seusianya yang selalu gatal. Pak De Sur semakin ngaceng penisnya
melihat pemandangan adiknya yang hanya bisa menggapai-ngapai dengan suara
seperti orang mendengkur dan disembelih oleh jejalan dua penis sekaligus di
mulut dan liang vaginanya. Pak De Sur membayangkan Jeng Yati saat tubuhnya
bahenol dan sexy sehabis nantinya melahirkan anaknya setelah bersuami dimana
Pak De Sur ingin menyetubuhi keponakannya, Jeng Yati sambil menyedot-nyedot
kedua payudara montok berputing hitam Jeng Yati yang pasti akan mengeluarkan
air susunya…… dan tangan Pak De Sur mengocok penisnya.
Entah berapa lama, yang jelas Pak De Sur setengah sadar
adiknya bukan saja dikeroyok tapi juga benar-benar digilir oleh 3 pria tua itu.
Mereka menyetubuhi adiknya bergantian, setelah Mbah Bejo menjejalkan penis
berbintil-intil Mbah Bejo ke liang vagina Asih kemudian Lik Ali dengan penis
hitam besar panjang dan terakhir Lik Mun
dengan kecepatan penuh mengeluar masukan penisnya yang sebesar mentimun ke liang vagina Asih. Asih merasakan orgasme
ke 6 nya saat Lik Mun menghujam dalam dalam penisnya yang sebesar mentimun disertai
sentakan-sentakan pantat bahenol Asih dan kembali Mbah Bejo yang penis
berbintil-intilnya sudah ngaceng lagi dalam ronde ke 2 menyetubuhi Asih. ak De
Sur pun menyemburkan air maninya untuk ketiga kali melihat adiknya bukan saja
digilir sekali tapi digilir terus menerus sampai 2 ronde oleh ketiga pria tua
itu.
Pak De Sur pun masuk ke rumah dan tersungkur di kamar karena mabuk berat tanpa menutup pintunya dan
tak lama kemudian terdengar Asih merintih, mengerang, mengejan dan bahkan
histeris begitu dekat. Pak De Sur hanya bisa melihat adiknya tengah disetubuhi
gaya anjing oleh ketiga pria itu bergiliran di ruang tengah.Mereka
memperlakukan adiknya seperti seekor anjing betina beneran yang tengah
disetubuhi beberapa jantannya. Asih yang sanggul sasaknya masih rapi tetapi
kebaya adiknya tampak robek dan basah oleh air mani ke 3 pria tua itu dan kain
panjang adiknya tampak awut-awutan dan stagen adiknya sudah tak kencang lagi.
Ke 3 pria tua itu benar-benar gila memperlakukan Asih adiknya yang berumur 38
tahun, saat itu, dan kelihatanya Asih juga tergila-gila, tampak sekali kalau ia
adalah wanita gatal yang tak pernah puas oleh penis laki-laki. Betapa tidak,
Mbah Bejo mengenjot dan menjejali liang vaginanya dengan penis berbintilnya
beberapa kali genjot dikeluarkan dari liang vaginanya dan digantikan Lik Ali di belakang Mbah Bejo
yang mencabut penisnya dari liang vagina Asih yang ternganga dan Lik Ali
langsung menjejali liang vagina Bu Asih dengan penis hitam besar panjang Lik
Ali dan beberapa genjotan Lik Ali mencabut penisnya dan Lik Mun menghujamkan
penisnya yang sebesar mentimun ke liang vagina Asih. Pak De Sur mengocok
kembali penisnya yang setengah ngaceng saat tiba-tiba ketiga pria tua itu
membiarkan Asih yang tersungkur dan pemandangan aneh terjadi dimana Asih
menggelepar, meringkuk, tertelentang dan menggoyangkan pantat bahenolnya sambil
memegang pahanya, meremas-remas pantat bahenolnya sendiri dan kemudian
tersentak sentak tengah mengalami orgasme gilanya. Ketiga pria tua itu
menggilir berulang-ulang dan membiarkan Bu Asih adiknya mengalami orgasme
gilanya sendiri. Entah mengapa, pikiran Pak De Sur membayangkan seandainya
keponakannya, Jeng Yati, diperlakukan seperti ibunya dipermainkan dengan
beberapa teman laki-lakinya yang kebetulan bujang lapuk seperti dia yang suka
mengocok penisnya daripada menyetubuhi wanita. Pak De Sur membayangkan yang
berguling guling merasakan orgasme itu adalah Jeng Yati bukan adiknya dan Pak
De Sur mengeluarkan air maninya bersamaan dengan ketiga pria tua itu
menyemburkan air mani ke seluruh tubuh
adiknya. Pak De Sur melihat ketiga laki-laki tua itu memandikan Asih dengan air
mani mereka. Ketiga pria tua itupun rupanya masih belum puas untuk menggagahi
Asih. Mereka menyeret adiknya yang sudah lunglai dengan tubuh penuh air mani
ketiga pria tua ke dalam kamar adiknya. Terdengar kembali oleh Pak De Sur suara
seperti orang mendengkur dan disembelih dimana jelas adiknya tengah dijejali
dua penis sekaligus di mulut dan liang vaginanya. Kembali Pak De Sur mengocok
penis gemuk sebesar kaleng Axe Pak De Sur saat adiknya, Bu Asih mengerang dan
menggeram mencapai orgasmenya dan ia tertidur malam itu. Pak De Sur gembira
hari ini Jeng Yati akan pulang dan pagi ini ia terbangun saat terdengar pintu
depan terbuka dan Pak De Sur langsung duduk saat keponakannya Jeng Yati telah pulang
dan masuk kamarnya dengan memakai seragam pramukanya. Kedua insan itupun tanpa
saling pandang langsung mendekat dan Pak De Sur menelentangkan keponakannya ke
ranjangnya dan mengkangkangkan kedua kaki Jeng Yati dan menyusupkan kepalanya
ke rok rampel tipis pramuka Jeng Yati.
“Paaaaak Deeeee …. Yatiiii kangeeeeeen……”rintih Jeng Yati
saat lidah Pak De Sur mulai menjilati vaginanya, rupanya Jeng Yati sudah
melepas celana dalamnya.
“Kangen apanya Yatii…”desis Pak De Sur
“Jilatan lidah Pak De Sur enaaaaaggghhhh
bangeetzzzzzz….Enaaaaghhh bangeetzzzz Pak Deeee Suuuuuur ….”keponakannya
semakin merintih merasakan vaginanya dijilati Pak De Sur.
Pak De Sur semakin beringas dan tak menyadari dan memahami
maksud kata-kata keponakannya, Jeng Yati … karena dalam 2 malam terakhir Jeng
Yati yang ditempel terus oleh Mas Parno, yang suka sekali meminjami buku putih,
dan kini sebagai guru dan instruktur pamukanya. Sempat tadi malam, mas Parno
menyeretnya ke sebuah gubuk saat diadakan jalan malam dan memelorotkan celana dalamnya
yang tak lagi pernah dipakai Jeng Yati karena dibuang mas Parno. Mas Parno
dengan kasar menjilati vaginanya dan untuk mempercepat proses maka Jeng Yati
membayangkan bahwa yang menjilati adalah Pak De Sur sehingga Jeng Yati sempat
orgasme sekali di gubuk itu dan Jeng Yati menolak untuk mengoral penis gemuk
Mas Parno yang pernah didengarnya sering menjejali vagina ibunya. Jeng Yati
hanya mengocok penis gemuk Mas Parno sampai ejakulasi menyemburkan air maninya
di balai-balai gubuk itu. Dalam perjalanan pulang ke base camp, Mas Parno
sempat beberapa kali meraba-raba dan mencolek-colek vagina Jeng Yati. Pulangnya
Jeng Yati tak menemukan satu celana dalampun di ranselnya. Jeng Yati hanya
pasrah saat dia harus duduk di jok belakang oplet yang dicarter pulang bersanding
dengan Mas Parno yang tahu kalau Jeng Yati tidak memakai celana dalam. Tak
ampun lagi di dalam oplet dengan seenaknya, Mas Parno menggosok-gosok
selangkangan Jeng Yati yang tak bercelana dalam dibalik rok rample pramukanya.
Karena keterlaluan maka dengan kemarahannya Jeng Yati meludahi Mas Parno dan
“Hooo … kamu ludahi aku Yati … awas kamu …. Nanti kamu
rasakan …” Mas Parno geram dan membersihkan ludah Jeng Yati di saputangannya,
tanpa tahu maksud Mas Parno.
“Paaaak Deeeeee….. aqqquuuuuuuu….. meeetuuuuuuu…….”rintih
Jeng Yati saat orgasmenya meledak dan pantat ranum Jeng Yati tersentak-sentak.
Pak De Sur naik ke ranjang sambil memelorotkan sarungnya dan
penis gemuk sebesar kaleng Axenya yang sudah ngaceng itupun dijejalkan ke mulut
Jeng Yati. Pagi sampai siang hari mereka berdua saling jilat dan saling sedot
dalam posisi 69 dan Jeng Yati pasrah saat air mani Pak De Sur disemburkan ke
wajahnya
0 Comments
Posting Komentar