*ILUSTRASI

Teman-temanku memanggil diriku Jarwo (bukan nama asli). Lari, renang dan fitnes adalah hobiku sehingga aku memiliki tubuh yg atletis. Tinggi tubuhku sekitar 172 cm dan memiliki berat badan sekitar 70 kg. Aku bekerja sebagai buruh pabrik biasa. Istriku bernama Rini, dia berprofesi sebagai staf di bank swasta. Rini memiliki tinggi tubuh sekitar 167 cm dan berat badan yg proporsional. Istriku berjilbab, namun mengkalnya payudaranya tak mampu dia sembunyikan walau tertutup hijab atau kerudungnya. Dikarenakan dia selalu menutup tubuhnya dengan hijab dari sewaktu muda, istriku memiliki kulit yang mulus dan putih. Banyak temanku yang bilang bahwa aku sangat beruntung mendapatkan Rini.

Kehidupan rumah tangga kami sangat harmonis diselingi bumbu romantis di kota hujan ***or. Namun kami belum dikaruniai anak. Tapi kami tidak berkecil hati, kami anggap mungkin kami mesti berpacaran dulu.

Ketika kami akan melakukan hubungan intim suami istri, kebiasaan kami selalu bermain peran, seperti guru dengan murid, pemijat plus-plus dengan janda, direktur dengan sekretaris, penjahat yg menyandera bendahara desa, membayangkan rekan kerja masing-masing atau bahkan kami pernah berhubungan intim sambil membayangkan mantan.

Itu semua kami lakukan hanya sebatas variasi dan menambah sensasi dalam hubungan intim suami istri. Dengan cara seperti itu maka kami merasa ingin lagi dan lagi serta terus mencoba hal baru lainnya.

Kemudian aku mulai ingin mencoba menggunakan bantuan alat sex, seperti dildo getar. Awal akan menggunakan bantuan alat sex, aku mendapat penolakan dari Rini karena hal itu sangat risih baginya. Namun aku tidak menyerah begitu saja, aku coba dengan media bulu angsa untuk menyentuh kulit putih mulusnya.

Hingga pada suatu malam, aku mendatangi kamarku, ku lihat Rini sedang sibuk mengerjakan tugas kantornya. Tampak dia duduk dengan serius di depan laptopnya. Ku lihat Rini saat itu masih memakai pakaian lengkap dengan hijabnya. Aku berjalan menghampiri Rini tepat di belakangnya, aku mulai memegang lembut bahunya, kemudian ku pijat lembut bahunya. Tampak Rini mulai menggerakan kepalanya dan memegang tanganku. “mmmhhh ... ayang.... bentar dulu... aku belum selesai mengerjakan tugas” ucapnya. Kemudian ku balas dengan mendekatkan kepalaku ke telinga kanannya, “Rini ku sayang, nikmati saja...”. ku jawab pendek karena menurutku saat ini adalah bahasa tubuh yg diperlukan bukan bahasa yg keluar dari mulut. Ku kecup lembut pipi putih mulusnya sambil kedua jari-jari tanganku mulai menyentuh lembut bahu dan turun ke bagian payudaranya. “mmmmhhh...mmmhhhh....aaaahhhhh” desahnya.

Rupanya Rini membiarkan aksiku walau sesekali dia memegang erat tangan kekar ku untuk menghentikan aksiku. Aku terus mencium lembut lehernya yg masih terbungkus jilbab sambil jari tanganku terus meremas lembut payudara 36B miliknya yg masih terbungkus pakaian lengkapnya. “ooouuuhhhh... ayaaang nakaaaal...mmmmhhh..aaaahhhhh”. desah nya.

Terlihat Rini mendongakkan kepalanya nya, matanya terpejam merasakan sentuhan lembut jari tanganku. Kemudian ku putar kursinya menghadap padaku dan langsung ku cium lembut bibir seksinya.

“mmmmhhh ... aaaahh....mmmpppphh...” desah kami berdua. Kami terus bergumul dalam peraduan bibir cinta walaupun aku masih dalam kondisi berdiri dan istriku masih tetap duduk di atas kursi kerjanya. Sambil terus berciuman, tak hentinya jari tanganku menyentuh dan meremas lembut payudaranya, terus merambat naik ke lehernya hingga ku elus pipi lembutnya. Kemudian Rini membuka mulutnya dan lidahnya mulai menyeruak masuk bibirku, sehingga kini lidah kami saling menari. “mmmmmpppph... “ ku tarik kedua lengan istriku untuk berdiri, kini Rini mengapit leherku dengan kedua lengannya. Aku mulai mendorong tubuhnya ke dinding sedangkan kami masih tetap berciuman.

Tangan istriku mulai meraba dadaku dan berusaha membuka T-Shirt ku. Rini melepas ciumannya “kamu nakal... kamu harus tanggung jawab..” ucapnya dengan pandangan penuh birahi padaku. Aku hanya tersenyum. Sekarang kondisiku hanya memakai celana pendek saja sambil mulai kembali berciuman “mmmmppphhh... mmmppppphhhmmmm... aaaahhhh” desah kita berdua, tangan dan jari lentik Rini terasa menyentuh dada bidangku dan terus turun menyentuh perut sixpack ku dan terus turun hingga menyentuh batang kelamin ku.

Aku pun tak tinggal diam, kini tanganku mulai bergerilya menyusuri lekuk tubuhnya. Kini jari-jari kedua tangan berhenti di sekitar daerah pantatnya, aku mulai menyentuh dan meremas pantatnya dengan lembut, “mmmmpppphhh.. aaaaahhhh... pantatmu kenyal dan ....mmmmmppphhh” Rini langsung melumat bibirku lagi, dia tidak memberi kesempatan menyelesaikan pujianku padanya.

Kini tanganku berpindah untuk berusaha membuka pakaian yg masih melekat di badannya. “aaaaahhhh...” Rini melepaskan ciumannya dan memandang sayu penuh birahi padaku, dia membiarkan jari-jari tangan ku membuka seluruh kancing kamejanya ”Biar adil..mmmmhhhhh” kata ku dan Rini kembali langsung melumat bibirku dan lidah kami kembali saling beradu dan menari, sedangkan kedua tanganku terus berusaha membuka kamejanya dan akhirnya terlepas sudah kamejanya. “Rini sayang... tutuplah matamu..” dia kemudian tersenyum dan menutup kedua matanya, kemudian segera ku mengambil sehelai bulu angsa dari saku belakang celana pendek ku, terus ku mulai dengan menyentuhkan bulu angsa ke lehernya dengan lembut diteruskan ke pundak kirinya dan ku putar di bagian payudaranya yg masih tertutup BH, “aaahhh... geli sayaaaang... tapi nikmaaat....mmmmmppphhhh” desahnya. Aku langsung melumat bibirnya lagi.

Rini menggelinjang kegelian tapi bisa kubaca bahwa dia ternyata ikut menikmati sensasi baru ini. “mmmmhhh... ayaaang... geli tapi nikmaaaat..aaaahhh.” desahnya. Dia menggerakaan dan meliukan tubuhnya dan berusaha membuka pengait BH nya. “ aaahhh ...ayaaaang bantuin buka BH Riniii....mmmmhhhhh” desahnya lagi. Dengan segera tangan kiri ku meraih pengait BH nya yg berada di punggungnya sedangkan tangan kanan ku masih beraksi menggunakan bulu angsa di bagian payudaranya yg proporsional dengan meliuk-liukannya, dan sekali aksi maka BH nya pun terjatuh ke lantai kamar yg terasa panas dan gerah oleh birahi kami.

Ku teruskan aksi bulu angsa ini dengan segera menyentuh lembut bagian punggung putih mulusnya, “aaaahhhhhh.... mmmmhhhhh.... ayaaaaaang... geliiii ....tapiiii... mmmmhhhh” desahnya diiringi liukan tubuh seksinya. Bibirku segera berpindah ke bagian payudara kanannya, menjilat putingnya, menyedot putingnya dan sesekali ada gigitan ringan di putingnya.

Dan tangan kanan ku masih bergerak liar dengan bulu angsanya di bagian punggung mulusnya. Dan terasa tubuhnya bergetar dan seperti menggigil “AAAAAaaaaahhh... dapaaat...aaaahhh” desah kepuasan nya. Ku hentikan sejenak dan kulihat Rini memejamkan matanya, kedua tangannya masih mengapit leherku.

Ku tanyakan padanya, “Rini sayang...bagaimana sensasi ini?”

Rini menjawab, “mmmmhhh ... nikmat ayang...aaahh... sssshhh...padahal ayang belum penetrasi itunya..” dengan senyum simpulnya.

Aku pun tersenyum, dan mengecup lembut keningnya.

Aku bertanya lagi padanya. “Rini sayang, bagaimana bila variasi ini diganti?

Rini menjawab, “diganti?? Dengan apa??” tanya nya selidik.

Aku kembali tersenyum dan menjawab, “Bagaimana bila aku beperan sebagai pegawai yg menjabat atasan dirimu?? Dan kamu sebagai pegawai bawahanku?”

Rini menjawab, “iya boleh ... tapi... bagaimana bila aku tanpa sengaja membayangkan wajah atasanku??”

Maka segera ku tarik lengan Rini ke meja kerjanya, dan ku dudukkan Rini di atas meja, tampak Rini sedikit kebingungan, kudekatkan wajahku dan ku jawab dengan lembut, “Rini ku sayang.. dari awal kita menikah, dari awal kita berhubungan intim dan pecahnya keperawananmu, aku gak peduli bila dirimu membayangkan laki-laki lain... karena dalam hatiku, aku ingin memuaskan hasratmu walaupun kamu mencapai kepuasan dengan membayangkan laki-laki lain.”

Rini menjawab, “Apakah ayang mencintaiku?”

Aku kembali tersenyum dan menjawab, “Kenapa kamu tanya hal yang sudah Pasti? Aku lebih mencintaimu, aku sangat menyayangimu” sambil ku sentuh dagunya dan ku kecup ringan bibir tipisnya, “Rini ku sayang, apakah kamu puas bercinta denganku?” tanya ku.

Rini menjawab, “Kenapa kamu tanya hal yang sudah Pasti?” dia mengulangi pertanyaanku, sambil tersenyum dan memainkan hidungku.

Aku pun tersenyum dan langsung melumat kembali bibirnya dengan penuh nafsu kuhisap kuat bibir tipis itu. “mmmmhhh...Ja..jangan …Pak Ouhmmhhh… mmmhhhh…”desahnya sambil mendorong badan ku menjauh darinya.

Aku pun tersenyum dan ternyata sensasi yang baru (berperan sebagai atasan dan bawahan) telah mendapatkan restu dari istriku.

Kembali aku menghampiri dirinya dan ku pegang lembut kepalanya yg masih terbungkus jilbab. Aku melumat kembali bibirnya. Dia memberontak.., tapi kedua tangannya segera dipegang erat oleh tangan kekar ku,

Rini terus memberontak…, tapi gairah dan sensasi yang muncul dari dalam dirinya akibat efek variasi ini menjadi sangat memanas.

“mmmhhh... ja..jangaaan pak...mmmmmhhh.. aku sudah...mmmmmhhh menikah..” desahnya.

Aku terus memegang erat kedua lengannya disertai ciuman, bibirnya seolah-olah menolak bibirku. Aksi istriku semakin melemah. Dan aku pun merasakan kedua tangan istriku memegang kedua lengan ku.

Bahkan semakin lama kedua tangannya bukan berusaha untuk melepaskan dari pegangan tanganku tapi seolah mencengkram erat kedua tanganku seperti menahan nikmatnya rangsangan birahi yang kuberikan padanya.

Perlahan namun pasti bibirnya mulai membalas hisapan bibirku, sehingga terjadilah ciumannya yang panas menggelora, “mmmmppphhh...mmmmppphhhh...” desahnya.

Matanya tertutup rapat menikmati ciuman yang kuberikan. Pegangan tanganku kulepaskan dan kedua tanganku memeluk erat tubuhnya sehingga dadaku merasakan empuknya payudara yang telah terbuka BH nya.

Dan kedua tangannyapun memeluk erat dan terkadang membelai mesra punggungku.

“mmmmhhhh.....aaaaahhhh....mmmmmhhh....ooouuuuuhhhh....yeaaahhh”

Bibirku mulai merayap menciumi wajahnya yang cantik, tak semilipun dari permukaan wajahnya yang luput dari ciuman bibirku.

Mulutnya ternganga… matanya mendelik dengan leher yang tengadah… ”Aahhh….bapaaaa..... ouh…… mmmhhhh…. eehh… ke.. na.. pa….. begi..nii…ouhhh …” Erangan penuh rangsangan keluar dari bibirnya disela-sela ucapan yang terjadi pada dirinya.

Sementara bibirku menciumi wajah dan bibirnya dan terkadang ciumanku ke lehernya yang masih tertutup oleh jilbab, secara perlahan tangan kanan merayap ke depan tubuhnya dan mulai meremas payudaranya..

”ooouuuuhh...paaaaaa....aaahhhh....hen..ti..kaaan...Ouhhh….aahhh…” kembali dia mengerang penuh rangsangan.

Tangan kirinya memegang kuat tangan kananku yang sedang meremas buahdadanya. Tetapi ternyata tangannya tidak berusaha menjauhkan telapak tanganku dari payudaranya, bahkan mengarahkan jariku pada putting payudaranya agar aku mempermainkan putingnya yang telah terbuka bebas

“mmmmhhhh…aaaahhhh... kena..paaa....aaahhhh...ooooouh…ssssshhhhh…..”desahnya.

Erangan penuh rangsangan semakin tak terkendali keluar dari mulutnya.

Telapak tanganku dengan intens mempermainkan payudaranya, keringat sudah membasahi badannya, bahkan tangan kanan Rini dengan gemas merengkuh belakang kepalaku dan menjambak rambutku serta menekan wajahku agar ciuman kami semakin rapat.

Nafas istriku semakin memburu dengan desahan dan erangan nikmat semakin sering keluar dari mulutnya yang indah. Tangan kananku dengan lincah mengeksplorasi payudara, pinggang dan secara perlahan turun ke bawah untuk membelai pingggul dan pantatnya yang direspon dengan gerakan menggelinjang menahan nikmatnya nafsu birahi yang terus menderanya.

Tangan kananku semakin turun dan membelai pahanya dari luar roknya yang masih dikenakannya dan terus ke bawah hingga ke ujung rok bagian bawah.

Kemudian tanganku menyusup ke dalam sehingga telapak tanganku bisa langsung menyentuh betisnya yang putih dan mulus..

“sssshhhhh... aaaahhhh...”… sungguh halus dan lembut terasa betis istriku yang sangat indah ini, membuat nafsuku semakin membumbung tinggi, penisku semakin keras dan bengkak, maka secara tergesa-gesa tangan kiriku membuka celana dan mengeluarkan batang penisku yang tegak kaku.

Dari sudut matanya, Rini melihat apa yang kulakukan dan dengan mata yang terbelalak dan mulut ternganga ia menjerit pelan ketika melihat penisku yang tegak kaku keluar dari dalam celana ”Aaahhh ...pak.. bapak mau ngapain?…”. tanya nya (penuh penghayatan dalam drama variasi seks).

Dari sorot matanya, tampak gairah yang semakin menyala-nyala ketika menatap penis berurat dan tegak milik ku.

Belaian tangan kananku semakin naik ke atas ke lututnya, “ ssshhhh... aaahhhh ...hen..ti..kan paaa..ssshhhh..aaahhh...jangaaan...mmmhhhh”, desahnya lagi, cukup lama tangan ku bermain di pahanya yang putih bersih dan sangat halus,

Rini semakin menggelinjang ketika tangan kananku bermain di pahanya yang halus, dan mulutnya terus-terusan mengerang dan mengeluh nikmat

“ Emmmmhhh ...uuuuhhh….. ouhhhh….. hmmmnnn…. Ahhhhh……” Tanganku lalu naik menuju pangkal pahanya, terasa bahwa bagian CD yang berada tepat di depan vaginanya sudah sangat lembab dan basah. Tubuhnya bergetar hebat ketika jari tanganku tepat berada di depan vaginanya , walaupun masih terhalang CD yang masih dikenakannya,

Tubuhnya menggeliat kaku menahan rangsangan nikmat yang semakin menderanya sambil mengeluarkan deru nafas yang semakin tersengal

“aaaahh…jangan kesituuu...mmmhhhh…itu milik...mmmhhh suamikuuuu ...uuuuhhhh”

Kemudian Rini merangkul ku erat, kakinya dilingkarkan ke pinggangku, pikirku dia ingin pindah tempat. Sehingga aku membawanya pindah ke tempat tidur kami.

Ketika Rini menggelayut mesra padaku, disaat itu juga aku mengambil dildo di dalam laci meja kerja tanpa sepengetahuan Rini istriku. Kemudian ku bawa Rini ke tempat tidur kami, ku baringkan pelan sambil ku jatuhkan dildo ke lantai di samping tempat tidur kami yang beralaskan karpet di kamarku.

“aaahhhh... tolong paaa... jangaaaan...” ungkap istriku lirih sambil memperlihatkan muka manja.

Kembali ku angkat betis kiri mulusnya, ku cium dan tanganku menelusuri lembut dan pelan ke betis mulusnya terus ke paha mulusnya hingga pangkal pahanya.

“sssshhhhh...mmmmmhhh... paaa.. henti...kaaaaaann...mmmmhhh” desahnya sambil dia memainkan kedua payudaranya, terlihat matanya menikmati sentuhan lembut ku di area bawahnya, terpejam dan terlihat sayu.

Kemudian ku beranikan berkata tegas dengan suara agak tinggi padanya, “Rini..! inilah hukuman buatmu karena telat memberikan laporan pada bapak! ...mmmmhhhh .. pahamu sangat mulus ...putih dan bersih... beruntungnya suamimu!!! Sambil ku terus mengusap lembut betis dan kedua pahanya.

“MMmmmh... ampuuun... paaaa... maafkan Rini mmmmhhh ...paaa”Jawab Rini yang masih tetap setia berperan sebagai bawahanku.

Aku pindah berada di samping kirinya, kemudian tangan kananku meraih payudaranya, meremas lembut, menarik putingnya yg telah mengeras, ku mulai menjilati kembali payudaranya.

Kemudian tangan kiriku kembali mengusap betis dan paha mulusnya.

“mmmhhhh ... ampuuuuun... ssshhhh...paaaaa...” desahnya parau.

Tangan kananku yang telah berjasa meremas dan memilin puting di bagian payudaranya, segera menelusuri bagian bawah tubuh Rini. Aku mulai berpindah duduk ke tempat semula ketika aku membaringkan Rini tadi. Aku mengusap kembali betis dan pahanya menggunakan kedua tangan ku, ketika tangan ku menarik CD yang ia kenakan, ternyata kedua tangan Rini membantu meloloskan CD Itu dari tubuhnya.

Ku singkapkan rok nya yang ia kenakan ke atas hingga sebatas pinggang, hingga tampak olehku vaginanya yang indah menawan, kulihat sejenak Rini, tampak kepalanya bersandar di atas 2 bantal tidur.

Kemudian pahanya kubuka lebar-lebar, ku dekatkan wajahku di depan vaginanya, ku hirup aroma khas kewanitaannya yang sangat merangsang birahiku, ku sentuh vaginanya dengan lidah ku, “aaaaaahhhh ...paaaa... ja...ngaaaan...aaahhh” Desahnya, kemudian lidah ku menjilat lembut vaginanya dari bawah ke atas,

“aaaahhhhh.... jangaaaan...mmmmmmhhh...ja..jangan..paaa...sssshhhh...mmmhhh” desah Rini sambil meliuk-liuk tubuhnya.

Kemudian ku coba menembus vaginanya menggunakan lidahku, “aaaahhh... jangan..aaaahhh..itu punyaa...mmmhhh..suamikuuuu...aaaahhh” desah dan racaunya yang terdengar olehku.

Aku terus mengocok vaginanya dengan lidahku, vaginanya terasa becek dan terasa asin kemudian dia melingkarkan kakinya di atas bahuku sehingga mengapit kepalaku, dan kedua tangannya menjambak keras rambutku, Rini menekan kepala ku supaya lidah ku penetrasi lebih dalam, “aaaampuuuunn... aaaahhh... dikit lagiiiiii... aaaaahhh” desah Rini menjelang orgasmenya dan kurasakan tubuhnya mengejang dan kaku.

“aaaahhhhh...tiidaaaaaak...aaaaahhhhhh aku... sampaaaaaaaai....aaaaaaahhhhhh”desah Rini saat mencapai orgasmenya yang luar biasa. Terasa lidahku dihimpit oleh vagina dalamnya dan sangat terasa kedutan lebih dari 7 kali. Kedua kakinya yang mengapit kepalaku lambat laun mulai mengendor perlahan dan dia terkulai lemas.

Ku atur nafasku karena aku tadi sempat kesulitan bernafas ketika Rini menekan kepalaku lebih rapat ke vaginanya, kemudian aku mendekatkan muka ku ke wajahnya, ku kecup kembali kening halusnya dengan kecupan lembut dan penuh dengan rasa sayang padanya.

“Rini.. bagaimana rasanya??, nikmat??”tanya ku padanya, Rini langsung melingkarkan tangannya ke bagian belakang leher ku dan dia langsung melumat bibir ku lagi “mmmppphhh...mmmmhhh...aaaahh...pa..bila aku dihukum seperti ini karena aku gak buat laporan maka aku gak akan buat laporan selamanya...mmmmmpphh..mmmhhh” ucap Rini padaku dan langsung melumat bibir ku lagi. Ketika lidah Rini menari dalam mulut ku bersama lidahku maka tidak kubiarkan tangan ku menganggur lebih lama, ku gerakan tangan ku supaya bergerilya kembali di tubuh mulusnya, ku belai lembut pipinya, ku sentuh lehernya yang jenjang terus ku belai lembut payudaranya, ku remas dan ku pilin putingnya yang kembali mengeras, “mmmppphhh...mmmmhh” desah kami berdua, tampak Rini mulai bangkit gairah nya kembali setelah orgasmenya tadi.

Ku tarik wajah ku untuk dapat berbicara kembali padanya, “Rini, bagaimana bila ucapan kita sedikit liar?” tanyaku pada nya, Rini menjawab dengan pertanyaan “Maksud bapak apa?” maka kujawab dengan sedikit berbisik dan membimbing tangan Rini ke kemaluan ku,”kalau ini disebut apa?”tanyaku padanya sambil terus ku pegang tangan Rini untuk tetap memegang kemaluan ku.

“ini ...anu pak..” jawab Rini dengan ragu dan sedikit gugup.

Aku tanya lagi padanya, “Anu itu apa sih? Yang jelas dong..”

“Anu.. anu.. itu burung pa..” jawab Rini sambil menarik tangannya menjauh dari kemaluan ku, tampak Rini terlihat sangat gugup dan matanya tertuju terus pada kemaluan ku.

Kemudian ku tanya lagi padanya, “Anu, Burung... apakah gak ada lagi bahasa yang lebih liar lagi?” suaraku dipertegas dan sedikit tinggi.

Rini menjawab, “Maaf pak... ada tapi... kurang sopan..”

Kemudian ku arahkan jari ku ke vaginanya, dan ku coba sedikit merangsangnya, “mmmmhhhh...aaahhhh...ampuuun paaa...aaahhh” Desahnya sambil kembali Rini memegang kemaluan ku.

“Disebut apa benda yang kamu pegang saat ini?” tanya ku tegas.

“mmmhhh...anu...aaaahhhh....ssshhhh” jawabnya.

Kemudian kudekatkan wajahku ke telinganya dan sedikit berbisik padanya, “Bapak tau, bila kamu telah mengetahui nama liar dan kasar benda yang kamu pegang saat ini. Ayo Rini! Sebutkan namanya!.” Sambil ku terus merangsangnya di area vaginanya yang telah becek.

“mmmhhh...aaahhhh...anu ...emmmhhh..” desahnya diiringi jawaban dia yang terdengar masih sangat ragu untuk mengucapkannya. Kemudian dia melepaskan pegangan tangannya dari kemaluan ku.

Tampak dia memejamkan kedua matanya, dia sangat menikmati rangsangan yang aku berikan hingga tanpa sadar Rini membuka pahanya. Ketika dia dalam keadaan seperti itu, maka aku perlahan mengambil dildo yang telah aku jatuhkan di lantai kamar ku tadi sambil terus tanganku merangsang vaginanya tanpa henti. Sehingga Rini tidak mengetahui apa yang tengah ku lakukan.

Kemudian perlahan ku dekatkan dildo itu ke depan bibir vaginanya, ku sentuhkan perlahan dan lembut tapi tiba-tiba Rini kaget dan membuka matanya. Dia melihat langsung ke dildo yang tengah merangsangnya. Ku pikir dia gak bisa menolak saat ini karena dia harus berperan sebagai pegawai bawahanku. Kemudian ku alihkan pandangan dan perhatiannya dengan segera melumat bibirnya.

“mmmmpphhhh... aaahhhhh” desahnya diiringi lumatan bibirku yang dilawan oleh nya dengan tarian lidahnya dengan lidahku beserta rangsangan dildo yang terus menyentuh bagian luar vaginanya dengan lembut, gerakan memutar, vertikal dan sesekali ku dorong masuk dildo itu sebatas 5 cm saja dan terus aku tarik keluar.

“AAAaahhhh... SSsshhhhh... MMmmhhh” desah dan lenguhnya sedikit keras, ku pikir dia masih menahan gejolak tinggi birahinya, tetesan keringat mulai membasahi tubuh kami, terasa panas namun masih saja Rini terlihat menahan semua gejolak birahinya. Dia sebenarnya tidak mau ketika dia dirangsang menggunakan dildo namun sekarang dia merasakan dilema karena di satu sisi dia merasa risih namun di sisi lain bisa membangkitkan gairah seks liarnya. Dan sekarang tampak dia mulai bisa menikmatinya.

Kemudian Rini mulai memegang kembali kemaluanku, mengusap dan mengocoknya lembut. Sentuhannya sangat lembut antara kena dan tidak. Telapak tangannya sungguh halus membuat kemaluan ku semakin tegang dan urat-urat di batang kemaluan ku mulai tampak semakin jelas. Ciuman, tarian lidah kami, sentuhan Rini di kemaluanku dan dildo yang terus merangsang vaginanya secara bersamaan terus menaikan tensi gairah seksual kami menjadi semakin tinggi dan tinggi.

Ku pindahkan ciuman ku ke leher yang masih tertutup kerudung, matanya tampak terpejam, kemudian turun terus ke payudaranya, “aaaaahhhhh...”, ku kecup, ku sedot puting yang telah mengeras, “mmmmmhh....sssshhhh”, ku gigit ringan, “ooohhhh...”sambil terus tanpa henti gerakan dan rangsangan dildo di area vaginanya yang semakin becek.

Kemudian ku katakan lembut padanya “Rini sayang...pegawai atasan mu akan menyetubuhi mu saat ini” aku berbicara seolah-olah aku menjadi orang ke-3 dan saksi percumbuan mereka berdua.

Rini pun menjawab dengan suara yang sedikit serak dan parau “Ayaaaang...aaahhhh... apakah ayaang...sssshhhh... mengizinkan?...aaahhhh” kembali matanya terpejam saat dildo itu semakin bergerak liar di vaginanya.

Ku jawab, “Silahkan pa... setubuhi lah istriku yang seksi ini..” aku membuat situasi ini seolah-olah percintaan ini bertiga.

Ku masukkan dildo itu perlahan dan ku keluarkan sekaligus, kemudian ku ulangi lagi dan lagi.

“ah..sssshhhh... ah..mmmmhhh ...ah... ayaaaang...ah..dia menyetubuhikuuuuu...aaah”

Rini terus mendesah, mengerang dan semakin liar, pantatnya sering menyambut serangan dildo di vaginanya.

Kembali ku kocok vaginanya dengan lembut dengan kecepatan yang pelan dicampur medium.

“ah..mmmmhhh..aaaaahhhh...teruuuus....iyaaaaah...aaaahhhh...mmmhhh” desah Rini terus menerus menghiasi percintaan ini.

Kemudian ku tanya dengan suara agak tinggi sambil berpura ngos-ngosan dan terus mengeluar masukkan dildo ke vaginanya, “Aaahhh ...Riniiii... punyamu sempit sekali...arggghhh... apa nama benda yang kamu pegang? aaahhhh”

Tetapi Rini tidak menjawab pertanyaan langsung, dia terlihat masih tetap menikmati serangan dildo atau membayangkan sedang disetubuhi oleh bosnya, “aaahhh...mmmmhhhhh” desahnya sambil menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, “mmmmhhhh....sssshhhhh “ desis Rini dan desahnya terus menambah gairah seksnya untuk mencapai orgasme berikutnya.

Dan ketika aku mempercepat gerakan keluar masuk dildo itu di vaginanya, Rini menjawab dengan desah dan erangan nikmat, “mmmh..mmmhhh...aaaahhh... ituuuu... kontooooool ...aaahhhh...paaaaa...aaahhhh”

Tiba-tiba tubuhnya melengking ke atas, matanya terpejam, bibir bawahnya digigit terus menganga dan kedua kakinya mengapit keras tanganku yang sedang mengocok vaginanya, bergetar dan mengejang tubuh seksinya, “kontooool..nyaaaa..aaaahhhh .... akuuuuu....dikiiit lagiiii... ahhhhhhhh....”desah nya menyambut ledakan orgasme yang tertahan.

“akuuuu keluaaaaaar...paaaaaa.... aaaaaahhhhh....” tubuhnya bergetar kemudian mengejang dan kaku beberapa saat. Kemudian himpitan kaki nya yang mengapit lenganku mengendor dan akhirnya Rini terkulai lemas dan ambruk.

“mmmmhhhhh ... sssshhhhh ...” desahnya puas saat mendapatkan orgasmenya.

Kemudian kembali ku kecup lembut dan mesra keningnya, dan berkata padanya “Rini ku sayang, apakah kamu menikmatinya?”

“aaah...ayaaang..ini variasi luarbiasaaa,... kamu memang nakaaal..”desahnya sambil terus merasakan nikmatnya orgasme. Kemudian Rini berkata lagi sambil matanya tetap terpejam merasakan kenikmatan yang telah dicapainya, “ternyata, bilang jorok itu menambah sensasi bercinta semakin nikmat..”

Aku mulai mendekatkan kontol ku ke bibirnya, dan Rini membuka matanya dam melihat kontol ku yang telah sangat keras menunggu kenikmatan yang akan datang. Kemudian aku berkata padanya, “Rini sayang... apakah kamu mau memberikan kepuasan pada ku?”

Rini pun memandangku dengan sayu dan tersenyum manja, “Ada syaratnya... izinkan bapak atasanku untuk ngentot lagi dengan ku..” dia mulai berani berkata lebih liar pada ku dan semua ucapan liar nya membuat birahi Rini tampak bangkit kembali.

Ku jawab, “tenang sayang... aku mengizinkannya, buktinya itu tuh..kontolnya masih tertancap di vaginamu..” ucap ku sambil tersenyum dan mulai meremas lembut susu mengkalnya.

Tampaknya Rini mulai menghadap ke kontol ku dan mulai menciumi lembut, menjilatnya, dan aku pun mendesah “oooohhh... sayaaang... nikmaaaat.... sedot sayaaang...aaaahhhh ..masukkan kontol ku ke dalam mulut mu dong...aaaahhhh..” dan aku terus merangsangnya kembali di area vaginanya dengan menggunakan dildo yg tadi.

Kemudian Rini terlihat berusaha memasukkan kontol ku ke mulutnya namun dia merasa kesulitan karena memang ukuran kontol ku besar dan panjang. Berbeda dengan dildo yang aku punya, dildo itu ukurannya standar 14 cm. Akhirnya Rini hanya menjilati, mencium dan menyedot kontol ku saja.

Di saat Rini sibuk merangsang kontol ku, aku juga terus mengelus, meraba dan menyentuh lembut payudaranya disertai gerakan dildo yang terus keluar masuk di vaginanya.

“mmmppphhh... aaaahhhh... kontolnyaaaaa... aaahhhh...” desah Rini ditengah menikmati rangsangan di tubuhnya dan mengocok lembut kontol ku.

Ku cabut dildo dari vaginanya “Aaaaahhhh....” desah rini, kemudian aku minta Rini ke atas tubuhku dan aku berada di bawahnya, kami akan melakukan gaya 69. Setelah tepat pada posisinya, Rini mengocok lembut kontol ku lagi.

“Aaaahhhhh....Rini sayaaaang...” desah ku, kemudian aku pun berbicara dengan nada tinggi, “Ouuuhh PANTAT MU sangat merangsang... BAPAK ingin ngentot lagi dengan mu,!!”

Dengan pelan dan lembut, ku sentuh kembali vaginanya dengan dildo, “mmmmpphhhh ....aaaahhhh... paaaa... entot akuuuuu...ssshhhhh...cepaaaat” rupanya Rini telah naik kembali gairah seks nya. Dia menjadi tambah liar, pinggulnya bergoyang sensual. “paaaa... mmmhhhh...cepaaaat...aaaahhhh” pinta Rini, karena memang aku mengocok vaginanya sangat pelan.

Ku permainkan gejolak gairahnya, sehingga dia merasa ingin mempercepat tercapainya orgasme berikutnya.

“Bapaaaak nakaaaaal.... ssshhhhh... aaahhhh...” Rini tampak ingin segera menuntaskan birahinya.

Kemudian ku dekatkan vaginanya ke wajah ku sehingga sekarang aku bisa leluasa menjilati klitorisnya dan memainkan dildo di vagina nya dengan kecepatan yg medium.

“AAAAAHhhhh.. Bapaaaak...aaahhhh”

Secara sekilas, bayangan Rini kini Bos nya tengah menyetubuhinya lagi dengan gaya anjing.

Ku rasakan, kini Rini tidak memainkan dan tidak merangsang kontol ku lagi, ketika ku lihat ternyata Rini memainkan kedua payudaranya.

“aaahhh... ssshhh...paaa... lebih cepaaaat...aaaahhh..”desah dan permintaan Rini.

Gerakan dildo pun sedikit ku percepat, “iyaaaah ..paaaa...lebih cepaaaaat...”

Dan aku tau sebentar lagi Rini akan mencapai orgasmenya, lalu kucabut dildonya sekaligus dan tentu saja Rini Protes, “AH...Kenapa dicabut... tanggung paaa”.

Ku tanya balik dengan suara tegas “MAU DILANJUTKAN?”sambil merangsang di bibir luar vaginanya namun tidak ku masukkan dildonya.

Rini menjawab dengan penuh nafsu, “Iyaaa..paaa...setubuhi Rini...mmmmhhh” sambil dia kembali mengocok lembut kontol ku.

Ku tanya balik lagi, “Apa?? Setubuhi?” sengaja aku melakukan ini karena aku ingin istriku menjadi liar dalam persetubuhan ini.

Rini pun menjawab dengan penuh nafsu yang masih terganjal, “Iyaaa... entot akuuuu paaaa... entot memek ku dengan kontol bapaaaaaaa...” ucapnya penuh birahi sambil dia mulai mengocok kontol ku lebih keras dan cepat.

Aku pun menahan sensasi nikmat ini dengan menahan lenguhan dan desahan ku. Kemudian aku perlahan memasukkan kembali dildo nya dan mulai dengan pelan, terus dengan kecepatan medium dan pada akhirnya ku percepat dan Rini pun kembali menggoyangkan pinggulnya dengan gerakan yang sangat sensual.

“aaaahhh... iyaaaa...paaaa...aaaahhh....enaaaak...teruuuuuusss...aaaaahhhh” desah kenikmatannya kembali menghiasi indahnya variasi percintaan ini. Ku jilat klitorisnya lagi, terus ku kocokkan dildo di memeknya. Rini kembali meninggalkan tugasnya untuk mengocok kontol ku, dia kembali merangsang payudaranya. “ah..ah..ah.ah... teruuuus entot aku paaaaa... entot memek kuuuuu... kontolnyaaaaa.... aaaahhh enaaak... teruuuuusssss...“ ucapan liar dan binal terus keluar dari mulut Rini yang masih mengenakan kerudungnya.

Dia nampak berusaha menggapai orgasmenya yang tadi tertunda.

“AAAAhhhhhh... dikit lagiiii ....EEEUUUGGGhhh...” desah nafas birahi tertahan berusaha dia keluarkan, dan akhirnya “.....AAAAAAAAAHHHHHHH...” desah nafas birahi yang telah keluar dan terpuaskan membuat tubuhnya melengking dan mengejang beberapa saat dan keluar sedikit cairan (Squirt) membasahi wajah ku, dan Rini pun akhirnya ambruk tengkurap di atas tubuhku.

Nafasnya tersengal-sengal seperti orang yang telah berlari jauh, peluh dan keringat bercucuran di sekujur tubuhnya.

Ku cabut perlahan dildonya, “aaaahhhh...” desah Rini.

Kemudian Rini membalikan tubuhnya dan terlentang. Aku pun bangun dan nampak di depan ku Rini memejamkan matanya, payudaranya naik turun mengatur nafasnya.

Ku hampiri dia dan berbisik lembut di telinganya, “Istriku, tadi dirimu ngentot bareng bos mu, sekarang giliran ku.”

Rini tidak menjawab ucapanku, dia hanya menganggukkan kepalanya pelan, ku kecup keningnya kembali untuk memberikan rasa nyaman padanya, hidungku menyentuh hidungnya dengan lembut kemudian ku kecup bibirnya dengan mesra dan akhirnya Rini melumat bibir ku, lidah kami kembali menari bersama.

Ketika pergumulan itu sedang terjadi, ku dengar suara gemuruh halilintar di langit. Beberapa saat tetesan air hujan mulai riuh terdengar menambah sensasi bercinta dan membangkitkan gairah seksual kami yang sempat mereda.

“mmmmppphhh... sllrrrrpp...aaaahhhh...mmmppphh” desah percumbuan kami berdua, lidah kami menari dan diselingi aksi saling menyedot lidah.

Ku rasakan kedua tangan Rini mulai menyentuh lembut pipi ku dan kadang menjambak rambut ku, menekan kepala ku agar lebih rapat dengan wajah nya, “oooohhh...ssllllrrrppp...mmmmhhhh”

Kedua tangan ku dan tangan Rini tidak tinggal diam ketika lidah kami bergumul mesra, kami saling menyentuh lembut pipi terus turun ke dada dan bergerilya di sana. Remas, tarik, pilin menjadi aksi penambah pembangkit birahi kami berdua.

Kemudian Rini melebarkan kedua pahanya, “mmmppphhh...ayaaaang... entot aku... masukkan kontol gede mu ke memek ku, kontol bos ku kecil berbeda jauh dengan kontol mu....” ucapan binal keluar dari mulut istriku yang saat itu masih memakai kerudung, dan aku pun hanya tersenyum.

Aku tidak banyak membuang waktu, langsung saja kuarahkan kontolku depan bibir memek yang merangsang dan sebentar lagi akan memberikan berjuta-juta kenikmatan padaku.

Ku gesek-gesekan kepala penisku pada lipatan liang memeknya yang semakin basah..

”Aw…mmmmhhh….. Uuhhhh….. uuuhhh…. Ohhh ….” Dia mengaduh dan mengeluh… membuatku bertanya-tanya, apakah ia merasa kesakitan atau menahan nikmat?

Tapi kulihat pantatnya naik turun menyambut gesekan kepala kontolku seolah tak sabar ingin segera dimasuki oleh kontol besar panjang berurat yang tegang dan kaku.

Lalu dengan hentakan perlahan ku dorong kontolku dan… Blessshhh…. Kepala kontolku mulai menguak lipatan memeknya dan memasuki lorong nikmat itu, “aw… aaaaahhh…. aw… sssshhhhh……uhhhh…… aaahhhh…” tanpa dapat terkendali Rini mengaduh dan mengerang nikmat dan mata terpejam rapat, rintihan dan erangan Rini semakin merangsangku dan secara perlahan aku mulai memaju mundurkan pantatku agar kontolku mengocok liang memeknya dan memberikan sensasi nikmat yang luar biasa.

“aaaahhhh... sssshhhh...mmmmhhhh ....”desahnya terus menerus ketika kontolku mengocok liang memeknya yang sempit

Hal yang luar biasa dari Rini ternyata dia terus mengaduh dan mengerang setiap aku menyodokkan batang kontolku ke dalam memeknya. Rupanya dia merupakan tipe wanita yang selalu mengaduh dan mengerang tak terkendali dalam mengekspresikan rasa nikmat seksual yang diterimanya. Tak berapa lama kemudian, tanpa dapat kuduga, kedua tangan Rini langsung merengkuh pantatku dan menarik pantatku kuat-kuat dan pantatnya diangkatnya sehingga seluruh batang kontolku amblas ditelan liang memek yang basah, sempit dan nikmat.

Lalu tubuhnya kaku sambil mengerang nikmat “AKKHHHH…. EUUUUGGHHH…… Auuuuuhhhh….. Aaaahhhh…..” kedua kakinya terangkat dan betisnya membelit pinggangku dengan telapak kaki yang menekan kuat pantatku hingga gerakan pantatku agak terhambat dan kedua tangannya merengkuh pundakku dengan kuat dan beberapa saat kemudian tubuhnya kaku namun dinding vaginanya memijit dan berkedut sangat kuat dan nikmat membuat mataku terbelalak menahan nikmat yang tak terperi. Rini kembali mencapai orgasmenya. Lalu badannya terhempas lemah, liang vaginanya berkedut dan meremas dengan sangat kuat batang kontolku sehingga memberikan sensasi nikmat yang luar biasa. Gairah yang begitu tinggi akibat rangsangan yang diterimanya telah mengantarnya menuju orgasmenya lagi.

Keringat tubuhku membasahi tubuh atletisku, sambil membiarkannya menikmati sensasi orgasme dengan posisi kontolku yang masih menancap di liang memeknya.

Lalu secara perlahan aku mulai mengayun pantatku agar penisku mengocok liang vaginanya lagi. Rasa nikmat kembali menderaku akibat gesekan dinding memeknya dengan batang kontolku. Perlahan namun pasti, pantat Rini merespon setiap gerakan pantatku. Pinggul dan pantatnya bergoyang dengan erotis membalas setiap gerakanku. Mulutnyapun kembali mengekspresikan rasa nikmat yang kembali dia rasakan “aaaahhhh…sssshhhh… Awwww…. aaaahhh….mmmmhhh…” Rangsangan dan rasa nikmat yang kurasakanpun semakin menjadi-jadi. Dan erangan nikmatnyapun terus-menerus diperdengarkan oleh bibirnya yang tipis menggairahkan sambil kepala yang bergoyang kekiri dan ke kanan diombang-ambingkan oleh rasa nikmat yang kembali menderanya “Ahhh…Aw… ssshhhh…. aaahhh… Oohhh… oohhh…” erangan nikmat semakin tak terkendali dan seolah puncak kenikmatan akan kembali menghampirinya hal ini tampak dari gelinjang tubuhnya yang semakin cepat dan kedua tangannya yang kembali menarik-narik pantatku agar penisku masuk semakin dalam mengobok-obok liang nikmatnya dan kedua kakinya sudah mulai membelit pantatku. Namun aku mencabut penisku , dan hal itu membuat Rini gelagapan sambil berkata terbata-bata “Ah..Ayaaang nakaaal ..Ke..napa…..di cabut…? Ouh…. Oh…” dengan sorot mata protes dan napas yang tersengal-sengal “Ribet ….” Kataku.

Aku berusaha membuka roknya yang tersingkap hingga pinggangnya. Lalu sambil menatapnya “Roknya buka dong..!” Dia menatapku ragu.., namun dorongan gairah telah membutakan pikirannya apalagi dengan penuh gairah dia melihatku telanjang bulat di hadapannya, maka dengan tergesa-gesa dia membuka rok yang masih tersisa di pinggangnya.

Mataku melotot menikmati pemandangan yang menggairahkan itu. Oohhh…. kulitnya benar-benar putih dan halus, kontolku terangguk-angguk semakin tegang dan keras juga nampak urat-urat kontolku semakin jelas.

Rini telah melepaskan roknya, hingga dihadapanku telah nampak bidadari yang sangat cantik menggairahkan dalam keadaan telanjang bulat namun masih berkerudung menantangku untuk segera mencumbunya.

Kemudian ku tarik kedua lengan Rini untuk bangun dam meninggalkan tempat tidur kami, ku ajak dia berdiri di samping sofa lebar yang berada di ruang tamu.

Kami berdiri dan aku langsung memeluknya dan bibirku mencium bibirnya dengan penuh gairah. Rini pun menyambut ciumanku dengan gairah yang tak kalah panasnya.

Bibir dan lidahku menjilati bibir, pipi lalu ke lehernya yang jenjang yang selama ini selalu tertutup oleh jilbabnya yang lebar. Rini mendongakkan kepala hingga lehernya semakin mudah kucumbu. “aaaahhh...ssshhhh...mmmhhh”.

Kontolku yang tegang menekan-nekan selangkangannya membuat dia semakin bergairah. Dengan gemetar, tangannya meraih batang penisku dan mengarahkan kedepan liang vaginanya yang sudah sangat basah dan gatal, kaki kanannya dia angkat keatas sofa sehingga kepala kontolku lebih mudah menerobos liang memeknya dan “blesshh…..” kembali rasa nikmat menjalar di sekujur pembuluh nadiku dan mata Rini pun terpejam merasakan nikmat yang tak terperi dan dari mulutnyapun keluar lagi erangan nikmat “Ahh..sssshhhhh… Aww… mmmmhhh...Oohh….. aaahhh….” Kepalanya terdongak dan kedua tangannya memeluk erat punggungku.

Lalu pantatku mulai bergerak maju mundur agar batang kontolku menggesek dinding memeknya yang sempit, basah dan berkedut nikmat menyambut setiap gesekan dan kocokan batang kontolku yang semakin tegang dan keras.

Diiringi dengan rintihan dan desisan nikmat Rini yang khas… …”Aw… Ahhhh… ssshhhh...Ouhh… ouhh…ahhh…” Sambil pantatku memompa liang memeknya yang nikmat, kepala Rini semakin terdongak ke belakang sehingga wajahku tepat berada didepan susunya yang sekal dan montok, maka mulut dan lidahku langsung menjilati dan menghisap toket indah itu.. puting susunya semakin menonjol keras. Rini semakin mengerang nikmat…”Ah..ah..ah..ssshhh...mmmhhh… Aw… Ouhh… ouhh…ahhh…”

Gerakan tubuh Rini semakin tak terkendali, dan tiba-tiba kedua kakinya terangkat dan membelit pinggangku, kemudian dia melonjak-lonjankkan tubuhnya sambil memeluk erat tubuhku sambil menjerit semakin keras …”AAAAAAAHHHHhhh… Ahhh… Ouhh… ouhh…ahhh…”.

Kedua tanganku menahan pantatnya agar tidak jatuh dan penisku tidak lepas dari liang vaginanya sambil merasakan nikmat yang tak terperi. Tak lama kemudian kedua tangannya memeluk erat punggungku dan mulutnya menghisap dan menggigit kuat leherku.

Tubuhnya kaku, dan dinding memeknya meremas dan memijit-mijit nikmat batang kontolku. Dan tak lama kemudian “AAAAHHHHH…akuuu .. dapaaaaaat....Hhhooohhhh….” Dia mengeluarkan jeritan dan keluhan panjang sebagai tanda bahwa dia telah mendapatkan orgasmenya lagi…

Tubuhnya melemas dan hampir terjatuh kalau tak ku tahan. Lalu dia terduduk di kursi sambil mengatur nafasnya yang tersengal-sengal, badannya basah oleh keringat yang bercucuran dari seluruh pori-pori tubuhnya.

Tapi dibalik rasa lelah yang menderanya, gairahnya masih menyala-nyala ketika melihat batang penisku yang masih tegang mengangguk-angguk. Aku duduk disampingnya dengan nafas yang memburu oleh gairah yang belum terpuaskan.

Tiba-tiba dia berdiri membelakangiku, kakinya mengangkang dan pantatnya diturunkan mengarahkan liang memeknya agar tepat berada diatas kepala kontolku yang berdiri tegak. Tangan kanannya meraih kontolku agar tepat berada di depan liang vaginanya dan … bleshhhh…. “AHHH…. Aw…. Ahhhh…” Secara perlahan dia menurunkan pantatnya sehingga kembali batang kontolku menyusuri dinding memek yang sangat nikmat dan memabukkan..”Aaahhh……” erangan nikmat kembali keluar dari mulutnya.

Lalu dia mulai menaik turunkan pantatnya agar batang kontolku mengaduk-ngaduk memeknya dari bawah. Semakin lama gerakannya semakin melonjak-lonjak sambil tiada henti mengerang penuh kenikmatan, kedua tanganku memegang kedua buahdadanya dari belakang sambil meremas dan mempermainkan puting susu yang semakin keras dan menonjol.

Kepalanya mulai terdongak dan menoleh kebelakang mencari bibirku atau bagian leherku yang bisa diciumnya dan kamipun berciuman dalam posisi yang sangat menggairahkan… lonjakan tubuhnya semakin keras dan kaku dan beberapa saat kemudian kembali batang kontolku merasakan pijatan dan remasan yang khas dari memek seorang wanita yang mengalami orgasme sambil menjerit nikmat “AAAHHHHHH…….. Aaakkhhhh………”

Namun saat ini, aku tidak memberi waktu padanya untuk beristirahat, karena aku merasa ada dorongan dalam tubuhku untuk segera mencapai puncak, karena nafasku sudah tersengal-sengal tidak teratur, maka kuminta Rini untuk posisi nungging dengan kaki kanan di lantai sedang kaki kiri di tempat duduk sofa sedangkan kedua tangannya bertahan pada pegangan sofa. Lalu kaki kananku menjejak lantai sedang kaki kiriku kuletakkan dibelakang Kaki kirinya sehingga selangkanganku tepat berada di belahan pantatnya yang putih, montok dan mengkilat oleh basahnya keringat.

Tangan kananku mengarahkan kepala kontolku tepat pada depan liang memeknya yang basah dan semakin menggairahkan.

Lalu aku mendorong pantatku hingga blessshhh…. “Ah… Aw… Ouhhhh…kontol ayaaang...ssshhh ...gede panjaaaaang..aaaahh....terasa banget ...mmmmhhh.” Kembali ia meracau dan mendesah nikmat ketika merasakan batang kontolku kembali memasuki memeknya dari belakang.

Kugerakan pantatku agar batang kontolku kembali mengocok dinding vaginanya. Rini juga turut memaju mundurkan pantatnya menyambut setiap sodokan batang kontolku sambil tak henti-henti mengerang nikmat, “Ooooh… ohhh…ayoo.. ayaaaang…ayo… entot akuuuu...ohh…ouhh…” Rupanya dia merasakan batang kontolku yang semakin kaku dan keras yang menandakan bahwa beberapa saat lagi aku akan mencapai orgasme.

Kemudian segera ku rubah posisi kami, aku cabut kontolku, kubaringkan Rini di sofa sehingga dia tampak terlentang, ku buka lebar pahanya dan segera ku masukkan kembali kontolku, Blesssshh...”AAAHHH... ssshh....mmmhhhh” desah kami berdua merasakan kembali nikmatnya seks yang didukung oleh hujan yang semakin deras terdengar.

Kadang Ku genjot pelan memeknya, kadang ku percepat sodokannya. Dia semakin bergairah menyambut setiap sodokan batang kontolku, hingga akhirnya gerakan tubuhku semakin tak terkendali dan kejang-kejang dan pada suatu titik aku menancapkan batang kontolku sedalam-dalamnya pada liang memeknya yang disambut dengan remasan dan pijitan nikmat oleh dinding memeknya sambil Rini berteriak nikmat “AAARRGGHHHHH.... Ahhhhhhh…… Aakkhhh…….” Dan diapun berteriak nikmat bersamaan denganku dan langsung ku lumat bibirnya. Dan ... Crotttt…. Croootttt… croottttt spermaku terpancar deras membasahi seluruh rongga diliang vaginanya yang nikmat…

Tubuh Rini telentang di sofa dan tubuhkupun terhempas di sofa sambil memeluk tubuhnya dari atas dengan helaan napas yang tersengal-sengal kecapaian.

Ku atur nafasku dan segera ku kecup mesra kening istriku dan berkata lembut padanya. “Rini sayang.. terimakasih”

Rini pun menjawab hanya dengan senyuman dan anggukan pelan kepalanya. Kemudian ku cabut pelan kontol ku, “aaaaahhhh...”erangan Rini dan keluar suara PLOK berpisahnya kontol dengan memek yang sempit dan legit milik Rini istriku yang masih mengenakan kerudungnya.

Kemudian ku hempaskan tubuhku tepat berdempetan di samping tubuh istriku di atas sofa lebar ruang tamu.

Ku hela nafas dan segera Rini memiringkan tubuhnya menghadap padaku dan memeluk tubuhku, kedua tangannya menyentuh lembut dada bidangku serta kaki kanan Rini ditumpangkan ke atas kedua kaki ku.

Kemudian ku coba membuka obrolan, “Sayang, apakah kamu suka dengan variasi tadi?”

Rini menjawab dengan anggukan kepalanya dan berkata pelan, “Nikmat banget.. tapi ...liar.. dalam hatiku sebenarnya menolak tapi hati kecilku menyukainya..kamu nakal... aku gak habis pikir.. gimana kalau beneran?... iiiih takuuut” Rini mengungkapkan perasaan hatinya sambil memeluk erat tubuhku.

“Rini ku sayang... sebenarnya aku juga awalnya ragu, tapi... penasaran juga..aku membuat variasi bercinta seolah-olah kita melakukan threesome.... dan seandainya terjadi beneran... aku gak sanggup membayangkan perasaan diriku sendiri.. dalam hatiku tidak rela lelaki lain menyentuh dirimu tetapi.... ketika tadi kita berdua mencoba bercinta dengan membayangkan ada lelaki lain menyentuh dirimu...ada sensasi yang berbeda”. Kataku

Kemudian Rini pun menganggukkan kepalanya lagi dan berkata,“Iya ayang.. kalau perasaanku juga sama tapi... gimana yaa?? Antara perasaan sakit hati, marah dan kesal karena sama suami dibiarkan ketika lelaki lain menyentuh tempat paling pribadi milik ku dan milikmu.. aku gak mau milikku dibagi... milikku hanya untukmu saja...tapi tadi..kok beda...” Ucap Rini sambil sesekali dia mencubit dadaku yang bidang dan berotot.

“Tapi tadi kamu merasakan orgasme yang berbeda kan?” tanyaku padanya sambil memiringkan tubuhku menghadap dirinya, memandangnya tajam dan Rini tersenyum lalu dia memelukku erat, sehingga dadanya menempel erat dengan dada kekarku.

“mmmhhh.. aku gak mau memek ku dibagi dengan yang lain..tapi bila rasa ledakan orgasme terkuat...yaaa...ketika dildo kecil itu mengocok memekku...entahlah...ini sulit untuk diungkapkan...” ucap Rini sambil merapatkan tubuhnya padaku.

Jarak wajah kami menjadi semakin dekat, hanya beberapa centimeter saja, dan kembali ku kecup ringan bibirnya dan berkata dengan lembut padanya, “terimakasih sayang..kamu istri yang sangat setia.. hanya ada pertanyaan dalam diriku yang masih mengganjal... bagaimana bila kita merealisasikan variasi bercinta threesome bersama lelaki lain?”

Rini terkaget, menatapku tajam dan berkata “gak mau!!!... Aku hanya milikmu... “ jawabnya tegas dan Rini mulai memejamkan matanya.

Ku sentuh lembut dagu nya dan dia kembali membuka matanya dan aku berkata lagi padanya lembut, “coba simak baik-baik kalimat pertanyaanku... variasi bercinta... ini hanya sebatas variasi bercinta saja... gak ada yang lainnya.. tapi bila kamu tidak mau... yaaa.. syukurlah ...lagian aku juga tidak mau berbagi istriku yang cantik dan seksi ini dengan orang lain...”


Kemudian kami berdua terlelap dan tertidur di sofa ruang tamu. Saling memeluk, ditemani suara hujan yang masih turun membasahi bumi.

-Credit-
Karya : Kontoljaya